Rahasia Pendengaran Orang Buta
Oleh Dr. Iyad
ar-Riyahi (Dokter Spesialis Bedah Mata)
Ketika
bergaul dengan orang buta, disadari atau tidak hampir selalu muncul pertanyaan,
“Bagaimana pengaruh kebutaan terhadap
kemampuan indrawinya? Bagaimana cara dia beraktivitas dan membayangkan segala
sesuatunya?”. Mencari jawabannya dengan cara menutup mata bagi orang yang
terlahir tidak buta tidak dapat menjelaskan apa-apa.
Informasi
yang kita dapat dari masing-masing pancaindra tidak merata, satu indra memiliki
peran lebih besar dari yang lainnya. Indra pengecap yaitu lidah memberikan
informasi yang paling minim, berikutnya penciuman, setelah itu indra peraba
yaitu kulit, kemudian indra penglihat, dan yang paling dominan ialah indra
pendengar. Dengan kata lain, informasi yang didapat dan disampaikan oleh
telinga lebih banyak daripada informasi yang dihasilkan oleh mata. Para pakar
dan peneliti menyimpulkan bahwa apa yang didengar oleh seseorang jauh lebih
banyak daripada apa yang dilihatnya. Contoh sederhana, ketika kita berada di
depan sebuah dinding tembok, penglihatan kita dibatasi oleh tembok tersebut,
sementara telinga dapat menangkap suara-suara yang muncul dari bali tembok
tersebut. Mata memilki arah pandang terbatas, tidak demikian dengan telinga
yang tidak mengalami kesulitan mendengarkan berbagai suara dari segala arah.
Ini menguatkan betapa pentingnya pendengaran dan bahwa peranannya lebih dominan
daripada penglihatan.

Pengetahuan
indrawi pada hakikatnya ialah penafsiran stimulus atau rangsangan yang diterima
oleh pancaindra, kemudian memaknainya sesuai dengan pengalaman masa lalu orang
yang bersangkutan. Masing-masing pancaindra secara khusus menerima informasi
dari sumber yang berbeda. Telinga misalnya hanya menerima informasi dari
gelombang suara, mata bereaksi dengan gelombang cahaya, penciuman dan lidah
menerima informasi kimiawi, dan kulit menerima informasi dari sentuhan pada
benda atau tekanan gerak mekanik. Informasi-informasi tersebut kemudian dikirim
ke otak oleh saraf-saraf yang menghubungkan otak dengan masing-masing organ
pancaindra untuk dianalisa dan menentukan respon yang sesuai.
Pada orang
buta, fungsi mata sebagai media terluar penyampai informasi kepada otak diambil
alih oleh organ pancaindra yang lain, seperti indra pendengaran dan indra
peraba, khususnya tangan. Orang buta mengenali berbagai bentuk, ukuran, serta
perbedaan satu benda dengan yang lain melalui rabaan tangannya. Tetapi hal
tersebut dapat dilakukan jika objek yang dimaksud bersentuhan langsung
dengannya. Indra peraba ini tentu tidak dapat membantu jika objek tersebut di
luar jangkauan atau memang tidak dapat dikenali dengan sekedar diraba, misalnya
karena terlalu besar seperti gunung dan pohon-pohon, atau karena terlalu kecil seperti
serangga. Keterbatasan seperti ini tentu tidak terjadi pada pendengaran selagi
pendengarannya normal, suara sekecil apa pun merupakan informasi penting. Oleh
karenanya melalui pendengaran, orang buta dapat belajar mengetahui berat orang
yang berbicara dengannya atau mengetahui emosi dan situasi kejiwaan lawan
bicaranya. Dia juga dapat membedakan jenis-jenis burung dengan mendengarkan
suara kicauannya, bahkan antara satu pohon dengan pohon yang lain berdasarkan
desauan daun-daunnya ketika ditiup angin. Beberapa penelitian juga
memperlihatkan orang buta dapat memperkirakan jarak suatu objek dengan
mengandalkan pendengarannya.
Sebagaimana
dikatakan sebelumnya kemampuan seperti ini tidak terjadi secara instan
melainkan melalui proses pembelajaran dan latihan. Untuk mendapatkan gambaran
yang utuh tentang sesuatu, seorang yang buta sangat bergantung kepada informasi
yag didapatkannya melalui pendengaran. Oleh karena itu dia akan selalu berusaha
untuk mendengarkan segala sesuatunya dengan seksama. Jika orang tidak buta
mengetahui sebuah informasi dari sebuah koran dengan membacanya, maka orang
buta butuh orang lain membacakan untuknya. Berikutnya otaknya cenderung
mengingat dan mengolah informasi berdasarkan suara-suara yang didengar
tersebut. Misalnya jika orang yang tidak buta berusaha mengingat wajah
seseorang yang baru dikenalnya, orang buta akan berusaha mengingat suaranya. Selain
itu, kemampuan ini berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan intelek dan
kecerdasan sosial yang bersangkutan, serta pengalaman-pengalamannya.